Budidaya

Caption : Biji Kopi
[Panduan] Cara Budidaya Kopi dengan Mudah dan Cepat
Jumat, 07 Mei 2021
Tren kopi di Indonesia seolah semakin tak terkendali. Kedai-kedai kopi mulai dari skala kecil sampai besar, menjamur di setiap sudut perkotaan hingga desa-desa. Kopi yang sejak dulu dikenal sebagai minuman orang tua, mendadak berubah menjadi kebutuhan hampir di segala usia. Racikan pun semakin beragam, mengikuti zaman dan selera kaum muda mudi.
Selain minuman yang bervariasi, biji kopi juga turut berkembang dengan bermacam rasa dan aroma. Produsen-produsen Bersama para petani kopi terus berinovasi menghasilkan biji kopi dengan ciri khas yang autentik. Dikutip dari Republika.co.id, Dewan Kopi Indonesia (Dekopi) menyatakan, porsi konsumsi kopi dalam negeri terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Ekspor didominasi oleh green bean atau kopi mentah.
Kopi awalnya berasal dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di Ethiopia. Namun, kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Arab. Umumnya, ada dua jenis kopi yang paling sering dibudidayakan, yaitu Kopi Arabika (Coffea Arabica) dan Robusta (Coffea Canephora), serta ada juga jenis Kopi Liberika dan Kopi Congensis yang merupakan perkembangan dari jenis Robusta.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan, total produksi petani Indonesia pada tahun 2020 mencapai 773.409 ton. Angka tersebut terus naik dari tahun ke tahun selaras dengan kebutuhan biji kopi dalam negeri dan luar negeri. Melihat potensi wilayah tanah Indonesia yang konsisten menghasilkan biji kopi berkualitas, seharusnya Indonesia bisa lebih produktif. Namun kenyataannya, petani kopi Indonesia mengalami sejumlah tantangan seperti sulitnya mendapatkan bibit kopi yang benar-benar berkualitas, hingga wilayah tanam yang terus berkurang.
Masalah tersebut bukan berarti menjadi penghalang untuk para petani kopi untuk mendapatkan jaminan ekonomi dari biji kopi. Bisnis budidaya kopi tak pernah diragukan untuk menghasilkan banyak cuan. Pemerintah lewat Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia NOMOR 49/Permentan/OT.140/4/2014, telah menganggap bahwa tanaman kopi merupakan salah satu komoditas unggulan perkebunan. Para petani juga dapat mengembangkan budidaya kopinya lewat pemanfaatan Kredit Usaha Rakyat (KUR) khusus komoditas kopi yang telah dialokasikan Pemerintah sebesar Rp 50 triliun untuk sektor pertanian, dan Rp 20,37 triliun untuk subsektor perkebunan. Selain itu, pengetahuan tentang budidaya kopi yang baik juga penting untuk menghasilkan biji kopi berkualitas dan bernilai di pasaran. Berikut Portal Agri berbagi tahapan budidaya kopi yang berfokus pada jenis biji kopi Arabika dan Robusta.
1. Perbedaan Ciri Kopi
Kopi Arabika mempunyai ciri berupa; bentuk ukuran lebih besar, biji sedikit memanjang dan agak pipih, aromanya wangi sedap seperti campuran bunga dan buah, hidup di daerah yang sejuk dan dingin, memiliki rasa asam, bodi yang lebih kental, serta rasa yang lebih mild atau halus.
Kopi Robusta memiliki banyak keunggulan, seperti sifat resistensi terhadap penyakit (HIV). Kopi Robusta mempunyai ciri berupa; bentuk ukuran lebih kecil, bulat dan terlihat padat, aroma kacang-kacangan, dengan rasa yang lebih strong.
2. Syarat Pertumbuhan
Kopi Arabika membutuhkan kriteria iklim dengan tinggi tempat 1.000 s/d 2.000 m dpl, curah hujan 1.250 s.d 2.500 mm/th, bulan kering (<60 mm/bulan) 1-3 bulan, suhu udara rata-rata 15-25°C. Kopi Arabika dapat ditanam pada tanah dengan kedalaman tanah efektif lebih dari 100 cm, tekstur berlempung (loamy) dengan lapisan atas remah, Ph 5,5 – 6,5.
Kopi Robusta cocok untuk ditanam pada ketinggian yang lebih rendah yaitu 100 s/d 600 m dpl, curah hujan dan bulan kering sama dengan Kopi Arabika, suhu udara 21 - 24°C, dengan kriteria tanah yang juga sama dengan Kopi Arabika.
3. Persiapan Lahan
Sebelum menanam kopi, lahan harus bersih dari segala pohon, tanaman perdu, dan gulma. Agar tidak mencederai lingkungan, pembersihan sebaiknya dilakukan tanpa pembakaran dan penggunaan herbisida secara bijaksana. Setelah pembersihan, dilanjutkan dengan pembuatan jalan-jalan produksi (jalan setapak) dan saluran drainase untuk pengairan, serta teras-teras yang memiliki kemiringan lebih dari 30%.
4. Menanam Tanaman Penaung
Lakukan penanaman penaung sementara dan penaung tetap. Tanaman penaung adalah tanaman yang menaungi tanaman kopi selama hidup. Beberapa jenis tanaman penaung tetap diantaranya lamtoro (Leucaena glauca), dadap (Erythrina subumbrans), dan sengon (Albizzia falcata dan Albizia sumatrana). Tanaman penaung sangat dibutuhkan dalam penanaman kopi untuk produksi yang optimal karena berfungsi sebagai penahan angin, menjaga dari sinar matahari yang terik, serta menjaga kopi dari intensitas curah hujan yang tinggi.
5. Jarak Tanam dan Lubang Tanam
Kopi Arabika berjarak tanam tipe katai (misalnya: Kartika 1 dan Kartika 2) 2,0 m x 1,5 m, tipe agak katai (AS 1, AS 2K, Sigarar Utang) 2,5 m x 2,0 m, dan tipe jangkung (S 795, Gayo 1 dan Gayo 2) 2,5 m x 2,5 m atau 3,0 m x 2,0 m. Sedangkan Kopi Robusta berjarak tanam 2,5 m x 2,5 m atau 3,0 m x 2,0 m.
Sebaiknya, lubang tanam dibuat 6 bulan sebelum masa tanam. Ukuran lubang tanam bergantung pada tekstur tanah. Semakin berat tanah, maka ukuran lubang akan semakin besar. Ukuran lubang yang baik yaitu 60 x 60 cm pada permukaan dan 40 x 40 cm pada bagian dasar dengan kedalaman 60 cm. Penutupan lubang tanam adalah 3 bulan sebelum masa tanam kopi untuk menjaga agar batu-batu, padas, dan sisa akar tidak masuk ke dalam lubang tanam. Jika tanah ternyata kurang subur atau kadar bahan organiknya rendah, boleh ditambahkan pupuk hijau dan pupuk kendang.
6. Pengendalian Erosi
Salah satu masalah pra tanam yang sering dihadapi oleh petani kopi adalah erosi. Terutama pada areal yang kemiringannya cukup tinggi. Untuk mencegah erosi, perlu dibuat teras bangku, teras individu, atau rorak, sesuai dengan kondisi lahan kopi.
7. Menggunakan Bahan Tanam Unggul
Pemilihan bahan tanam unggul tentu merupakan aspek yang paling berpengaruh pada kualitas dan cita rasa biji kopi yang dihasilkan. Pada tanaman kopi, bahan tanam dapat berupa varietas (diperbanyak secara generatif) dan berupa klon (diperbanyak secara vegetatif). Benih unggul pada tanaman kopi dapat diperoleh dengan cara-cara semaian biji, stek, Somatic Embryogenesis (SE), dan sambungan klon unggul. Pada daerah yang endemik nematoda parasit dapat dipakai benih sambungan dengan batang bawah stek klon kopi Robusta BP 308 yang tahan nematoda, dan selanjutnya disambung dengan batang atas varietas atau klon kopi Arabika anjuran yang memiliki citarasa baik dan produktivitasnya tinggi. Bagaimanapun, pemilihan varietas atau klon Kopi Arabika dan Robusta sebaiknya menggunakan anjuran baru, dan tidak lupa menyesuaikan dengan kondisi lingkungan lahan penanaman.
8. Pembibitan
Pembibitan kopi dapat dilakukan secara generatif dan vegetatif. Pada pembibitan generatif, dalam 1 ha, kebutuhan benih Kopi Arabika agak katai (AS 1 dan Sigarar Utang) dengan jarak tanam 2,0 x 2,0 m = 2.500 benih, 3,0 m x 1,5 m = 2.200 benih, sedangkan Kopi Arabika tipe jagur (AB 3, USDA 762, S 795, Gayo 1, dan Gayo 2) dengan jarak tanam 1,5 m x 2,5 m = 1.600 benih.
9. Penanaman
Benih kopi dapat ditanam setelah pohon penaung berfungsi baik dengan kriteria intensitas cahaya yang diteruskan 30-50% dari cahaya langsung. Gunakanlah benih yang sudah siap salur. Periode penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. Diawali dengan memadatkan lubang tanam, kemudian cangkul tanah sedalam 30 cm. Potong akar tunggang jika terlalu panjang. Potong benih polybag pada bagian dasarnya 2-3 cm dari bawah. Lalu, tanam benih sebatas leher akar, padatkan tanah, keluarkan polybag yang telah disobek dengan parang/arit. Tutup lubang tanam secara cembung agar tidak menciptakan genangan air.
10. Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk berbagai manfaat yang berdampak langsung pada hasil produksi sekaligus menjaga tanaman dari cuaca ekstrim. Cara pemberian pupuk pada tanaman kopi yaitu; pupuk diletakkan secara alur melingkar 75 cm dari batang pokok, dengan kedalaman 2-5 cm. Kebutuhan pupuk dapat berbeda menyesuaikan lokasi lahan. Namun umumnya, tanaman kopi membutuhkan 2 jenis pupuk utama, yaitu jenis pupuk organik dan pupuk non-organik. Dosis aplikasi pupuk organik yaitu 10-20 kg/pohon setiap tahun, dengan waktu pengaplikasian setahun dua kali, yaitu pada awal dan pada akhir musim hujan. Namun pada lahan yang cenderung basah, pemupukan sebaiknya dilakukan lebih dari dua kali untuk memperkecil resiko hilangnya pupuk karena pelindian (tercuci air).
11. Pengendalian Hama
Berikut beberapa jenis hama yang sering menyerang tanaman kopi, diantaranya Nematoda parasit (Pratylenchus coffeae dan Radopholus similis), gejalanya berupa tanaman kopi terlihat kerdil, daun menguning dan gugur, pengobatannya berupa pengaplikasian pupuk kandang 10 kg/pohon setiap 6 bulan. Berikutnya, hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei), dapat dikendalikan dengan memutus daur hidup hama tersebut, pengendalian secara biologi, penggunaan tanaman yang masak serentak, dan penggunaan perangkap. Dan yang terakhir yaitu Penyakit Karat Daun pada Kopi Arabika (Hemileia vastatrix), dapat dikendalikan secara hayati dan secara kultur Teknik.
12. Panen dan Pascapanen
Kematangan buah kopi dapat dilihat dari perubahan warna kulit yang memerah. Buah kopi masak mempunyai daging buah lunak dan berlendir serta mengandung senyawa gula yang relatif tinggi sehingga rasanya manis. Sebaliknya, daging buah muda sedikit keras, tidak berlendir dan rasanya tidak manis karena senyawa gula belum terbentuk secara maksimal, sedangkan kandungan lendir pada buah yang terlalu masak cenderung berkurang karena sebagian senyawa gula dan pektin sudah terurai secara alami akibat proses respirasi.
Kopi yang telah dipanen mempunyai dua cara pengolahan, yaitu pengolahan cara kering dan pengolahan cara basah, perbedaan kedua cara pengolahan tersebut terletak pada adanya penggunaan air yang diperlukan untuk kulit buah maupun pencucian. Pengolahan cara kering ada dua macam, yaitu tanpa pemecahan buah dan dengan pemecahan buah. Demikian juga pada pengolahan basah dibedakan dua macam, yaitu pengolahan basah giling kering dan pengolahan basah giling basah. Disarankan buah masak yang telah dipanen diolah secara basah agar mutunya lebih baik.
Tren kopi di Indonesia seolah semakin tak terkendali. Kedai-kedai kopi mulai dari skala kecil sampai besar, menjamur di setiap sudut perkotaan hingga desa-desa. Kopi yang sejak dulu dikenal sebagai minuman orang tua, mendadak berubah menjadi kebutuhan hampir di segala usia. Racikan pun semakin beragam, mengikuti zaman dan selera kaum muda mudi.
Selain minuman yang bervariasi, biji kopi juga turut berkembang dengan bermacam rasa dan aroma. Produsen-produsen Bersama para petani kopi terus berinovasi menghasilkan biji kopi dengan ciri khas yang autentik. Dikutip dari Republika.co.id, Dewan Kopi Indonesia (Dekopi) menyatakan, porsi konsumsi kopi dalam negeri terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Ekspor didominasi oleh green bean atau kopi mentah.
Kopi awalnya berasal dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di Ethiopia. Namun, kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Arab. Umumnya, ada dua jenis kopi yang paling sering dibudidayakan, yaitu Kopi Arabika (Coffea Arabica) dan Robusta (Coffea Canephora), serta ada juga jenis Kopi Liberika dan Kopi Congensis yang merupakan perkembangan dari jenis Robusta.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan, total produksi petani Indonesia pada tahun 2020 mencapai 773.409 ton. Angka tersebut terus naik dari tahun ke tahun selaras dengan kebutuhan biji kopi dalam negeri dan luar negeri. Melihat potensi wilayah tanah Indonesia yang konsisten menghasilkan biji kopi berkualitas, seharusnya Indonesia bisa lebih produktif. Namun kenyataannya, petani kopi Indonesia mengalami sejumlah tantangan seperti sulitnya mendapatkan bibit kopi yang benar-benar berkualitas, hingga wilayah tanam yang terus berkurang.
Masalah tersebut bukan berarti menjadi penghalang untuk para petani kopi untuk mendapatkan jaminan ekonomi dari biji kopi. Bisnis budidaya kopi tak pernah diragukan untuk menghasilkan banyak cuan. Pemerintah lewat Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia NOMOR 49/Permentan/OT.140/4/2014, telah menganggap bahwa tanaman kopi merupakan salah satu komoditas unggulan perkebunan. Para petani juga dapat mengembangkan budidaya kopinya lewat pemanfaatan Kredit Usaha Rakyat (KUR) khusus komoditas kopi yang telah dialokasikan Pemerintah sebesar Rp 50 triliun untuk sektor pertanian, dan Rp 20,37 triliun untuk subsektor perkebunan. Selain itu, pengetahuan tentang budidaya kopi yang baik juga penting untuk menghasilkan biji kopi berkualitas dan bernilai di pasaran. Berikut Portal Agri berbagi tahapan budidaya kopi yang berfokus pada jenis biji kopi Arabika dan Robusta.
1. Perbedaan Ciri Kopi
Kopi Arabika mempunyai ciri berupa; bentuk ukuran lebih besar, biji sedikit memanjang dan agak pipih, aromanya wangi sedap seperti campuran bunga dan buah, hidup di daerah yang sejuk dan dingin, memiliki rasa asam, bodi yang lebih kental, serta rasa yang lebih mild atau halus.
Kopi Robusta memiliki banyak keunggulan, seperti sifat resistensi terhadap penyakit (HIV). Kopi Robusta mempunyai ciri berupa; bentuk ukuran lebih kecil, bulat dan terlihat padat, aroma kacang-kacangan, dengan rasa yang lebih strong.
2. Syarat Pertumbuhan
Kopi Arabika membutuhkan kriteria iklim dengan tinggi tempat 1.000 s/d 2.000 m dpl, curah hujan 1.250 s.d 2.500 mm/th, bulan kering (<60 mm/bulan) 1-3 bulan, suhu udara rata-rata 15-25°C. Kopi Arabika dapat ditanam pada tanah dengan kedalaman tanah efektif lebih dari 100 cm, tekstur berlempung (loamy) dengan lapisan atas remah, Ph 5,5 – 6,5.
Kopi Robusta cocok untuk ditanam pada ketinggian yang lebih rendah yaitu 100 s/d 600 m dpl, curah hujan dan bulan kering sama dengan Kopi Arabika, suhu udara 21 - 24°C, dengan kriteria tanah yang juga sama dengan Kopi Arabika.
3. Persiapan Lahan
Sebelum menanam kopi, lahan harus bersih dari segala pohon, tanaman perdu, dan gulma. Agar tidak mencederai lingkungan, pembersihan sebaiknya dilakukan tanpa pembakaran dan penggunaan herbisida secara bijaksana. Setelah pembersihan, dilanjutkan dengan pembuatan jalan-jalan produksi (jalan setapak) dan saluran drainase untuk pengairan, serta teras-teras yang memiliki kemiringan lebih dari 30%.
4. Menanam Tanaman Penaung
Lakukan penanaman penaung sementara dan penaung tetap. Tanaman penaung adalah tanaman yang menaungi tanaman kopi selama hidup. Beberapa jenis tanaman penaung tetap diantaranya lamtoro (Leucaena glauca), dadap (Erythrina subumbrans), dan sengon (Albizzia falcata dan Albizia sumatrana). Tanaman penaung sangat dibutuhkan dalam penanaman kopi untuk produksi yang optimal karena berfungsi sebagai penahan angin, menjaga dari sinar matahari yang terik, serta menjaga kopi dari intensitas curah hujan yang tinggi.
5. Jarak Tanam dan Lubang Tanam
Kopi Arabika berjarak tanam tipe katai (misalnya: Kartika 1 dan Kartika 2) 2,0 m x 1,5 m, tipe agak katai (AS 1, AS 2K, Sigarar Utang) 2,5 m x 2,0 m, dan tipe jangkung (S 795, Gayo 1 dan Gayo 2) 2,5 m x 2,5 m atau 3,0 m x 2,0 m. Sedangkan Kopi Robusta berjarak tanam 2,5 m x 2,5 m atau 3,0 m x 2,0 m.
Sebaiknya, lubang tanam dibuat 6 bulan sebelum masa tanam. Ukuran lubang tanam bergantung pada tekstur tanah. Semakin berat tanah, maka ukuran lubang akan semakin besar. Ukuran lubang yang baik yaitu 60 x 60 cm pada permukaan dan 40 x 40 cm pada bagian dasar dengan kedalaman 60 cm. Penutupan lubang tanam adalah 3 bulan sebelum masa tanam kopi untuk menjaga agar batu-batu, padas, dan sisa akar tidak masuk ke dalam lubang tanam. Jika tanah ternyata kurang subur atau kadar bahan organiknya rendah, boleh ditambahkan pupuk hijau dan pupuk kendang.
6. Pengendalian Erosi
Salah satu masalah pra tanam yang sering dihadapi oleh petani kopi adalah erosi. Terutama pada areal yang kemiringannya cukup tinggi. Untuk mencegah erosi, perlu dibuat teras bangku, teras individu, atau rorak, sesuai dengan kondisi lahan kopi.
7. Menggunakan Bahan Tanam Unggul
Pemilihan bahan tanam unggul tentu merupakan aspek yang paling berpengaruh pada kualitas dan cita rasa biji kopi yang dihasilkan. Pada tanaman kopi, bahan tanam dapat berupa varietas (diperbanyak secara generatif) dan berupa klon (diperbanyak secara vegetatif). Benih unggul pada tanaman kopi dapat diperoleh dengan cara-cara semaian biji, stek, Somatic Embryogenesis (SE), dan sambungan klon unggul. Pada daerah yang endemik nematoda parasit dapat dipakai benih sambungan dengan batang bawah stek klon kopi Robusta BP 308 yang tahan nematoda, dan selanjutnya disambung dengan batang atas varietas atau klon kopi Arabika anjuran yang memiliki citarasa baik dan produktivitasnya tinggi. Bagaimanapun, pemilihan varietas atau klon Kopi Arabika dan Robusta sebaiknya menggunakan anjuran baru, dan tidak lupa menyesuaikan dengan kondisi lingkungan lahan penanaman.
8. Pembibitan
Pembibitan kopi dapat dilakukan secara generatif dan vegetatif. Pada pembibitan generatif, dalam 1 ha, kebutuhan benih Kopi Arabika agak katai (AS 1 dan Sigarar Utang) dengan jarak tanam 2,0 x 2,0 m = 2.500 benih, 3,0 m x 1,5 m = 2.200 benih, sedangkan Kopi Arabika tipe jagur (AB 3, USDA 762, S 795, Gayo 1, dan Gayo 2) dengan jarak tanam 1,5 m x 2,5 m = 1.600 benih.
9. Penanaman
Benih kopi dapat ditanam setelah pohon penaung berfungsi baik dengan kriteria intensitas cahaya yang diteruskan 30-50% dari cahaya langsung. Gunakanlah benih yang sudah siap salur. Periode penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. Diawali dengan memadatkan lubang tanam, kemudian cangkul tanah sedalam 30 cm. Potong akar tunggang jika terlalu panjang. Potong benih polybag pada bagian dasarnya 2-3 cm dari bawah. Lalu, tanam benih sebatas leher akar, padatkan tanah, keluarkan polybag yang telah disobek dengan parang/arit. Tutup lubang tanam secara cembung agar tidak menciptakan genangan air.
10. Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk berbagai manfaat yang berdampak langsung pada hasil produksi sekaligus menjaga tanaman dari cuaca ekstrim. Cara pemberian pupuk pada tanaman kopi yaitu; pupuk diletakkan secara alur melingkar 75 cm dari batang pokok, dengan kedalaman 2-5 cm. Kebutuhan pupuk dapat berbeda menyesuaikan lokasi lahan. Namun umumnya, tanaman kopi membutuhkan 2 jenis pupuk utama, yaitu jenis pupuk organik dan pupuk non-organik. Dosis aplikasi pupuk organik yaitu 10-20 kg/pohon setiap tahun, dengan waktu pengaplikasian setahun dua kali, yaitu pada awal dan pada akhir musim hujan. Namun pada lahan yang cenderung basah, pemupukan sebaiknya dilakukan lebih dari dua kali untuk memperkecil resiko hilangnya pupuk karena pelindian (tercuci air).
11. Pengendalian Hama
Berikut beberapa jenis hama yang sering menyerang tanaman kopi, diantaranya Nematoda parasit (Pratylenchus coffeae dan Radopholus similis), gejalanya berupa tanaman kopi terlihat kerdil, daun menguning dan gugur, pengobatannya berupa pengaplikasian pupuk kandang 10 kg/pohon setiap 6 bulan. Berikutnya, hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei), dapat dikendalikan dengan memutus daur hidup hama tersebut, pengendalian secara biologi, penggunaan tanaman yang masak serentak, dan penggunaan perangkap. Dan yang terakhir yaitu Penyakit Karat Daun pada Kopi Arabika (Hemileia vastatrix), dapat dikendalikan secara hayati dan secara kultur Teknik.
12. Panen dan Pascapanen
Kematangan buah kopi dapat dilihat dari perubahan warna kulit yang memerah. Buah kopi masak mempunyai daging buah lunak dan berlendir serta mengandung senyawa gula yang relatif tinggi sehingga rasanya manis. Sebaliknya, daging buah muda sedikit keras, tidak berlendir dan rasanya tidak manis karena senyawa gula belum terbentuk secara maksimal, sedangkan kandungan lendir pada buah yang terlalu masak cenderung berkurang karena sebagian senyawa gula dan pektin sudah terurai secara alami akibat proses respirasi.
Kopi yang telah dipanen mempunyai dua cara pengolahan, yaitu pengolahan cara kering dan pengolahan cara basah, perbedaan kedua cara pengolahan tersebut terletak pada adanya penggunaan air yang diperlukan untuk kulit buah maupun pencucian. Pengolahan cara kering ada dua macam, yaitu tanpa pemecahan buah dan dengan pemecahan buah. Demikian juga pada pengolahan basah dibedakan dua macam, yaitu pengolahan basah giling kering dan pengolahan basah giling basah. Disarankan buah masak yang telah dipanen diolah secara basah agar mutunya lebih baik.
Sumber :
2014. Pedoman Teknis Budidaya Kopi yang Baik (Good Agriculture Practices/GAP On Coffee). Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan http://ditjenbun.pertanian.go.id/tanaman-penaung-komoditas-kopi-2 https://republika.co.id/berita/q70oay383/dewan-kopi-tren-konsumsi-kopi-dalam-negeri-terus-meningkat
Artikel Budaya Terkait

[Panduan] Cara Budidaya Kopi dengan Mudah dan Cepat
06 Maret 2021
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan, total produksi petani Indonesia pada tahun 2020 mencapai 773.409 ton. Angka tersebut terus naik dari tahun ke tahun selaras dengan kebutuhan biji kopi dalam negeri dan luar negeri.

Cara Pemupukan Tanaman Kopi Arabika dan Kopi Robusta
06 Maret 2021
Dalam artikel ini, Portal Agri akan membahas takaran dosis dan cara pemupukan kopi jenis arabika dan robusta.

Cara Pengolahan Biji Kopi Pasca Panen dengan Mudah dan Cepat
06 Maret 2021
Salah satu tahapan pada budidaya kopi yang sangat mempengaruhi rasa dan kualitas adalah tahap pengolahan kopi pasca panen. Yuk, simak informasi selengkapnya!

Mengenal Standar Mutu Biji Kopi Berkualitas
06 Maret 2021
Dalam menjaga standar mutu dan kualitas biji kopi nasional, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan SNI 2907-2008. Secara garis besar, isi dari SNI adalah sebagai berikut.

Berita Lainnya


[Panduan] Cara Budidaya Kakao dengan Mudah dan Cepat
05 Mei 2021
Kakao adalah tanaman perkebunan dengan prospek menjanjikan, mengingat nilai industri hasil olahannya yaitu cokelat, bernilai lebih dari $ 100 miliar (1 kuadriliun).

[Panduan] Cara Budidaya Kopi dengan Mudah dan Cepat
07 Mei 2021
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan, total produksi petani Indonesia pada tahun 2020 mencapai 773.409 ton. Angka tersebut terus naik dari tahun ke tahun selaras dengan kebutuhan biji kopi dalam negeri dan luar negeri.

[Panduan] Cara Budidaya Porang dengan Mudah dan Cepat
10 Mei 2021
Tanaman porang memiliki nilai strategis untuk dikembangkan karena punya peluang besar untuk diekspor. Tahun 2018, tercatat nilai ekspor porang mencapai hingga Rp 11,31 miliar.
Komentar (0)