Budidaya

Caption : Ilustrasi Olahan Sagu Papeda (Merdeka.com)
Mengenal Berbagai Macam Olahan Tanaman Sagu
Sabtu, 30 Oktober 2021
Tubuh manusia setiap harinya memerlukan karbohidrat yang terkandung dalam berbagai jenis makanan pokok, salah satunya adalah sagu. Sagu merupakan tepung yang diperoleh dari batang pohon sagu atau rumbia (Metroxylon sago Rottb) yang banyak ditemui di kawasan Asia Tenggara dan Asia Pasifik. Secara luas penanamannya telah dilakukan di sejumlah negara, terutama Malaysia, Papua Nugini, dan Indonesia.
Pada sagu, sumber karbohidrat tersimpan dalam bentuk pati yang mengandung zat amilosa dan amilopektin. Itulah mengapa di Indonesia, sagu termasuk ke dalam makanan pokok selain padi dan jagung. Masyarakat Maluku dan Papua adalah konsumen utama sagu. Sagu biasa dimakan dalam bentuk papeda. Pati sagu sendiri merupakan hasil ekstraksi dari empulur sagu.
Pati sagu juga sering digunakan pada industri pengolahan makanan. Memiliki karakteristik swelling power, solubility, freeze-thaw stability, paste clarity, dan gel strength menjadikan sagu berperan sebagai binding dan thickening agent. Beragam jenis olahan sagu telah banyak beredar di pasaran, bahkan selain menjadi sumber pangan, sagu ternyata juga dapat dijadikan sebagai sumber energi alternatif.
1. Pengolahan Empulur Sagu
Pengolahan empulur sagu terbagi menjadi dua, yaitu secara manual (konvensional) dan mekanik (chainsaw).
-
Secara manual, diawali dengan menyiapkan pohon sagu matang dalam bentuk gelondongan, atau tanpa dibuat gelondongan. Gelondongan sagu kemudian dapat dihancurkan secara manual dengan benda tajam untuk diperoleh empulur sagunya.
-
Secara mekanik, empulur sagu dihancurkan dengan alat penghancur yang biasanya ada pada pabrik.
2. Pengolahan Pati Sagu Menjadi Produk Pangan
Secara umum, pati sagu telah dikenal dapat diolah menjadi makanan utama tradisional di beberapa sentra penanaman sagu. Produk makanan yang dihasilkan adalah papeda atau kapurung yang marak dikonsumsi di Papua, Ambon, Sulawesi Selatan (Toraja). Namun seiring dengan perkembangan dan kemajuan pengolahan pangan, pati sagu juga dapat diolah menjadi bahan makanan lain, seperti bagea, sagu bakar, dan bahkan bahan dasar industri pengganti pati dari gandum, misalnya bahan baku mie dan bihun.
3. Pengolahan Pati Sagu Menjadi Bahan Energi Alternatif
Selain sebagai sumber pangan, pati sagu ternyata juga dapat diolah menjadi bahan energi atau bahan bakar alternatif berupa etanol. Pengolahannya pun terbagi menjadi dua tahapan.
Pengolahan pati sagu basah menjadi bioetanol, diawali dengan proses gelatinisasi, likuifikasi, sakarifikasi, fermentasi, lalu destilasi. Proses destilasi dibantu dengan alat destilator sistem tunggal skala laboratorium. Untuk menghasilkan bioetanol berkadar 90 - 95%, maka dilakukanlah proses destilasi-dehidrasi menggunakan alat destilator-dehidrator sistem sinambung. Peningkatan kadar bioetanol menjadi 96% atau lebih, maka dilakukanlah proses destilasi-dehidrasi ulang dengan suhu pemanasan tangki penguapan berkisar 78 - 82°C.
Pada proses destilasi, hasil fermentasi pati sagu dengan destilator tunggal skala laboratorium, kadar bioetanol dari sagu tidak berduri lebih tinggi (51 - 53%), dibandingkan dengan sagu berduri.
Agar pemanfaatan sagu lebih optimal, pati berasal dari sagu berduri diarahkan untuk penyediaan pangan karbohidrat, sedangkan pati sagu tidak berduri akan lebih sesuai digunakan sebagai bahan baku bioetanol.
Tubuh manusia setiap harinya memerlukan karbohidrat yang terkandung dalam berbagai jenis makanan pokok, salah satunya adalah sagu. Sagu merupakan tepung yang diperoleh dari batang pohon sagu atau rumbia (Metroxylon sago Rottb) yang banyak ditemui di kawasan Asia Tenggara dan Asia Pasifik. Secara luas penanamannya telah dilakukan di sejumlah negara, terutama Malaysia, Papua Nugini, dan Indonesia.
Pada sagu, sumber karbohidrat tersimpan dalam bentuk pati yang mengandung zat amilosa dan amilopektin. Itulah mengapa di Indonesia, sagu termasuk ke dalam makanan pokok selain padi dan jagung. Masyarakat Maluku dan Papua adalah konsumen utama sagu. Sagu biasa dimakan dalam bentuk papeda. Pati sagu sendiri merupakan hasil ekstraksi dari empulur sagu.
Pati sagu juga sering digunakan pada industri pengolahan makanan. Memiliki karakteristik swelling power, solubility, freeze-thaw stability, paste clarity, dan gel strength menjadikan sagu berperan sebagai binding dan thickening agent. Beragam jenis olahan sagu telah banyak beredar di pasaran, bahkan selain menjadi sumber pangan, sagu ternyata juga dapat dijadikan sebagai sumber energi alternatif.
1. Pengolahan Empulur Sagu
Pengolahan empulur sagu terbagi menjadi dua, yaitu secara manual (konvensional) dan mekanik (chainsaw).
-
Secara manual, diawali dengan menyiapkan pohon sagu matang dalam bentuk gelondongan, atau tanpa dibuat gelondongan. Gelondongan sagu kemudian dapat dihancurkan secara manual dengan benda tajam untuk diperoleh empulur sagunya.
-
Secara mekanik, empulur sagu dihancurkan dengan alat penghancur yang biasanya ada pada pabrik.
2. Pengolahan Pati Sagu Menjadi Produk Pangan
Secara umum, pati sagu telah dikenal dapat diolah menjadi makanan utama tradisional di beberapa sentra penanaman sagu. Produk makanan yang dihasilkan adalah papeda atau kapurung yang marak dikonsumsi di Papua, Ambon, Sulawesi Selatan (Toraja). Namun seiring dengan perkembangan dan kemajuan pengolahan pangan, pati sagu juga dapat diolah menjadi bahan makanan lain, seperti bagea, sagu bakar, dan bahkan bahan dasar industri pengganti pati dari gandum, misalnya bahan baku mie dan bihun.
3. Pengolahan Pati Sagu Menjadi Bahan Energi Alternatif
Selain sebagai sumber pangan, pati sagu ternyata juga dapat diolah menjadi bahan energi atau bahan bakar alternatif berupa etanol. Pengolahannya pun terbagi menjadi dua tahapan.
Pengolahan pati sagu basah menjadi bioetanol, diawali dengan proses gelatinisasi, likuifikasi, sakarifikasi, fermentasi, lalu destilasi. Proses destilasi dibantu dengan alat destilator sistem tunggal skala laboratorium. Untuk menghasilkan bioetanol berkadar 90 - 95%, maka dilakukanlah proses destilasi-dehidrasi menggunakan alat destilator-dehidrator sistem sinambung. Peningkatan kadar bioetanol menjadi 96% atau lebih, maka dilakukanlah proses destilasi-dehidrasi ulang dengan suhu pemanasan tangki penguapan berkisar 78 - 82°C.
Pada proses destilasi, hasil fermentasi pati sagu dengan destilator tunggal skala laboratorium, kadar bioetanol dari sagu tidak berduri lebih tinggi (51 - 53%), dibandingkan dengan sagu berduri.
Agar pemanfaatan sagu lebih optimal, pati berasal dari sagu berduri diarahkan untuk penyediaan pangan karbohidrat, sedangkan pati sagu tidak berduri akan lebih sesuai digunakan sebagai bahan baku bioetanol.
Sumber :
Pedoman Budidaya Sagu (Metroxylon spp) yang Baik, Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, 2014.
Artikel Budaya Terkait

[Panduan] Cara Budidaya Kakao dengan Mudah dan Cepat
06 Maret 2021
Kakao adalah tanaman perkebunan dengan prospek menjanjikan, mengingat nilai industri hasil olahannya yaitu cokelat, bernilai lebih dari $ 100 miliar (1 kuadriliun).

[Panduan] Cara Budidaya Lada dengan Mudah dan Cepat
06 Maret 2021
Lada yang dinobatkan sebagai king of spice atau raja rempah merupakan komoditas ekspor potensial di Indonesia. Bahkan di pasar internasional, lada Indonesia mempunyai kekuatan dan daya jual tersendiri karena cita rasanya yang khas.

[Panduan] Cara Budidaya Sawit dengan Mudah dan Cepat
06 Maret 2021
Pada tahun 2050, juga diprediksi permintaan global terhadap minyak goreng akan mencapai sekitar 240 juta ton. Hal tersebut merupakan keuntungan menarik bagi para pelaku industri kelapa sawit.

[Panduan] Cara Budidaya Karet dengan Mudah dan Cepat
06 Maret 2021
Karet secara konsisten masih menjadi salah satu komoditas unggul perkebunan di Indonesia. Karet masih kokoh berada di urutan kedua sebagai penghasil devisa terbesar setelah minyak kelapa sawit.

[Panduan] Cara Budidaya Kopi dengan Mudah dan Cepat
06 Maret 2021
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan, total produksi petani Indonesia pada tahun 2020 mencapai 773.409 ton. Angka tersebut terus naik dari tahun ke tahun selaras dengan kebutuhan biji kopi dalam negeri dan luar negeri.

Berita Lainnya


[Panduan] Cara Budidaya Kakao dengan Mudah dan Cepat
05 Mei 2021
Kakao adalah tanaman perkebunan dengan prospek menjanjikan, mengingat nilai industri hasil olahannya yaitu cokelat, bernilai lebih dari $ 100 miliar (1 kuadriliun).

[Panduan] Cara Budidaya Kopi dengan Mudah dan Cepat
07 Mei 2021
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan, total produksi petani Indonesia pada tahun 2020 mencapai 773.409 ton. Angka tersebut terus naik dari tahun ke tahun selaras dengan kebutuhan biji kopi dalam negeri dan luar negeri.

[Panduan] Cara Budidaya Porang dengan Mudah dan Cepat
10 Mei 2021
Tanaman porang memiliki nilai strategis untuk dikembangkan karena punya peluang besar untuk diekspor. Tahun 2018, tercatat nilai ekspor porang mencapai hingga Rp 11,31 miliar.
Komentar (0)