Budidaya

Caption : Pare (Unsplash/Lothar Bodingbauer)
[Panduan] Cara Budidaya Pare dengan Mudah dan Cepat
Kamis, 27 Mei 2021
Dikenal sebagai sayuran bercita rasa pahit sekaligus tanaman herba yang bisa dijadikan bahan pengobatan, Pare adalah jenis tumbuhan merambat yang berasal dari wilayah Asia Tropis, terutama daerah India bagian Barat, yaitu Assam dan Burma. Pare bernama latin Momordica charantia L. Nama Momordica bermakna gigitan, hal itu dikarenakan pemerian tepi daunnya yang bergerigi menyerupai bekas gigitan. Di negara lainnya, pare disebut dengan istilah balsam-pear/bitter gourd (Inggris), Peria (Melayu), moup dang, kho qua (Vietnam), mara, phakha, maka (Thailand), ampalaya, amargoso, paria, palia (Filipina), ku gua, foo gwa (Cina).
Meskipun konsumsinya tidak menjadi favorite semua usia, namun ternyata pare tergolong sebagai sayuran bergizi tinggi. Buah pare diketahui mengandung charantin dan alkaloid yang pahit, yakni momordisin. Selain itu, terkandung juga zat gizi seperti karbohidrat, protein, vitamin A,B,C, saponin, flavonoid, steroid, dan masih banyak lagi. Banyaknya kandungan gizi tersebut menjadikan buah pare bermanfaat sebagai obat penurun panas, obat cacing, mengatasi nyeri haid dan keterlambatan haid, memperlancar air susu ibu (ASI), obat batuk, hingga anti kanker, anti-HIV, antidiabetes, dan antioksidan. Pare dianggap antikanker karena mengandung senyawa 15, 16-dihydroxy-1-eleostearic, acid yang diekstraksi, sementara manfaat pare sebagai antikanker, anti-HIV, antidiabetes, dan antioksidan dijelaskan dalam Buku The Miracle of Vegetables (2013) karya Farah Rizky, S.Gz.
Pengembangan dan pembudidayaan pare di Indonesia pertama kali disebarluaskan oleh bangsa Belanda. Pembudidayaannya relatif mudah karena masa pertumbuhannya tidak bergantung pada musim. Jenis pare yang biasa ditanam antara lain pare ayam (pare hijau), pare gajih (pare mentega/pare putih) dan pare taiwan (pare import). Nilai ekonomis pada pare cukup tinggi dan peluang pasarnya juga cukup luas, mulai dari pasar tradisional hingga swalayan atau supermarket. Untuk itu, usaha budidaya tanaman pare sangat berpotensi. Berikut Portal Agri berbagi tahapannya.
1. Syarat Tumbuh
Pare dapat dibudidayakan di daerah dengan ketinggian 1 - 1000 m dpl, karakteristik tanah yang disarankan adalah lempung berpasir, memiliki tingkat keasaman pH 5 - 6, sistem drainasenya baik, dan kaya akan bahan organik. Suhu udara pada daerah pembudidayaan berkisar antara 24 - 27°C.
2. Pembenihan
Terdapat dua jenis benih yang dapat digunakan dalam pembenihan tanaman pare, yaitu jenis benih yang ditanam langsung pada lahan tanam dan jenis benih yang melewati proses persemaian terlebih dahulu sebelum ditanam pada lahan tanam.
Kedua jenis benih tersebut penggunaannya dipilih menyesuaikan dengan musim pada masa tanam. Pada masa tanam di musim hujan, sebaiknya gunakan jenis benih yang ditanam langsung. Sedangkan pada masa tanam di musim kemarau, gunakan jenis benih yang telah melewati proses persemaian.
Untuk proses persemaian, media semainya berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1, atau bisa juga dengan campuran pupuk kandang, tanah, dan pasir dengan perbandingan 1:1:1. Benih kemudian disemai dengan jarak 2 cm x 2 cm hingga berusia 10 hari. Setelahnya, bibit dapat dipindahkan pada polybag kecil. Saat bibit telah berusia 3 minggu, barulah bibit siap untuk ditanam di lahan tanam.
Agar pertumbuhan optimal, benih sebaiknya berasal dari tanaman yang sehat, kuat, dan mempunyai tingkat produktivitas yang tinggi. Di Indonesia, standar tersebut dapat diperoleh dari benih-benih yang telah berlabel dan direkomendasikan oleh Balai Pengendalian Mutu dan Sertifikasi Benih.
3. Penanaman
Proses penanaman bibit dilakukan setelah bibit berusia 3 minggu setelah semai atau mempunyai 3 - 4 daun. Lakukan penanaman secara hati-hati tanpa merusak sistem perakaran tanaman. Namun sebelum bibit dipindahkan ke dalam pot/polybag besar, isi polybag tersebut dengan campuran tanah, pupuk kandang, dan pupuk SP 36 dan KCI. Selanjutnya, bagian dasar polybag diberi selapis pecahan bata merah dan media tanam hingga 3 - 5 cm dari bibir polybag, keluarkan bibit dari polybag kecil beserta tanahnya, lalu tanam bibit dan padatkan permukaan media. Pastikan tanaman terkena sinar matahari pagi secara langsung, namun hindarkan dari terik cahaya matahari siang.
4. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman terdiri dari beberapa proses, yaitu penyiangan, pembumbunan, pemupukan, pemberian penopang, pemangkasan dan pengendalian hama penyakit.
Penyiangan dilakukan sebanyak sekali dalam seminggu bersamaan dengan pembumbunan. Terutama di musim kemarau, tanaman pare harus disirami setiap hari, pagi dan sore.
Pemupukan diawali dengan pemberian pupuk dasar dengan cara membenamkan sebanyak 2 - 3 kg pupuk kandang dan ditambah 15 - 20 g pupuk NPK per tanaman. Setelah pemupukan dasar, dilanjutkan dengan pemupukan susulan berupa NPK (15:15:15) 5-10 g/tanaman. Pemupukan susulan pertama diberikan pada saat tanaman tanaman berusia 3 minggu. Sedangkan pemupukan susulan kedua dilakukan dengan interval 2 minggu sampai tanaman berusia 4 bulan. Pemupukan dilakukan tepat di samping tanaman dengan kedalaman 3 - 5 cm.
Pemberian penopang atau rambatan diperlukan untuk mendorong produksi buah, mengurangi busuk buah, serta memudahkan pengendalian OPT dan pemanenan. Rambatan berupa ajir, teralis, tunnel, atau pembuatan gapura setinggi 1,5 - 2 cm diberikan pada saat tanaman berusia 3 minggu.
Pemangkasan dilakukan untuk membuang cabang samping yang tidak produktif, dilakukan pada saat tanaman berumur 3 - 6 minggu.
Hama yang sering menyerang tanaman pare adalah lalat buah, Epilachna sp., kutu daun, trips, tungau, dan siput. Langkah pengendaliannya dapat dengan melakukan pembungkusan buah menggunakan kertas, saat buah masih kecil, yaitu berukuran panjang 2 - 3 cm, dan penggunaan perangkap. Sedangkan penyakit yang sering menyerang adalah embun tepung, layu bakteri, layu fusarium, serkospora, dan virus (CMV). Pengendaliannya dapat dengan melakukan sanitasi dan penggunaan fungisida secara selektif.
5. Panen
Panen buah pare dilakukan saat buah belum terlalu tua, bintil dan keriputnya masih rapat dengan menggunakan pisau yang tajam. Ciri fisik buah pare layak panen adalah buah yang sudah matang, berwarna kuning dan pembungkus bijinya berwarna merah.
Usia panennya sekitar 55 hari setelah tanam dengan periode panen yang dapat dilakukan berkali-kali. Setelah panen, buah pala kemudian melewati tahap sortasi untuk memisahkan buah rusak dan berpenyakit. Selanjutnya, buah dibersihkan, lalu disimpan dalam waktu maksimal 2 - 3 minggu, pada ruangan bersuhu 12 - 13°C, tingkat kelembaban 85 - 90%. Namun perlu diketahui, ketahanan buah pare sangat rendah, sehingga disarankan untuk segera memasarkan buah pare tepat setelah panen.
Diperkirakan, jumlah produksi tanaman pare bisa mencapai 10 - 15 ton/ha.
Dikenal sebagai sayuran bercita rasa pahit sekaligus tanaman herba yang bisa dijadikan bahan pengobatan, Pare adalah jenis tumbuhan merambat yang berasal dari wilayah Asia Tropis, terutama daerah India bagian Barat, yaitu Assam dan Burma. Pare bernama latin Momordica charantia L. Nama Momordica bermakna gigitan, hal itu dikarenakan pemerian tepi daunnya yang bergerigi menyerupai bekas gigitan. Di negara lainnya, pare disebut dengan istilah balsam-pear/bitter gourd (Inggris), Peria (Melayu), moup dang, kho qua (Vietnam), mara, phakha, maka (Thailand), ampalaya, amargoso, paria, palia (Filipina), ku gua, foo gwa (Cina).
Meskipun konsumsinya tidak menjadi favorite semua usia, namun ternyata pare tergolong sebagai sayuran bergizi tinggi. Buah pare diketahui mengandung charantin dan alkaloid yang pahit, yakni momordisin. Selain itu, terkandung juga zat gizi seperti karbohidrat, protein, vitamin A,B,C, saponin, flavonoid, steroid, dan masih banyak lagi. Banyaknya kandungan gizi tersebut menjadikan buah pare bermanfaat sebagai obat penurun panas, obat cacing, mengatasi nyeri haid dan keterlambatan haid, memperlancar air susu ibu (ASI), obat batuk, hingga anti kanker, anti-HIV, antidiabetes, dan antioksidan. Pare dianggap antikanker karena mengandung senyawa 15, 16-dihydroxy-1-eleostearic, acid yang diekstraksi, sementara manfaat pare sebagai antikanker, anti-HIV, antidiabetes, dan antioksidan dijelaskan dalam Buku The Miracle of Vegetables (2013) karya Farah Rizky, S.Gz.
Pengembangan dan pembudidayaan pare di Indonesia pertama kali disebarluaskan oleh bangsa Belanda. Pembudidayaannya relatif mudah karena masa pertumbuhannya tidak bergantung pada musim. Jenis pare yang biasa ditanam antara lain pare ayam (pare hijau), pare gajih (pare mentega/pare putih) dan pare taiwan (pare import). Nilai ekonomis pada pare cukup tinggi dan peluang pasarnya juga cukup luas, mulai dari pasar tradisional hingga swalayan atau supermarket. Untuk itu, usaha budidaya tanaman pare sangat berpotensi. Berikut Portal Agri berbagi tahapannya.
1. Syarat Tumbuh
Pare dapat dibudidayakan di daerah dengan ketinggian 1 - 1000 m dpl, karakteristik tanah yang disarankan adalah lempung berpasir, memiliki tingkat keasaman pH 5 - 6, sistem drainasenya baik, dan kaya akan bahan organik. Suhu udara pada daerah pembudidayaan berkisar antara 24 - 27°C.
2. Pembenihan
Terdapat dua jenis benih yang dapat digunakan dalam pembenihan tanaman pare, yaitu jenis benih yang ditanam langsung pada lahan tanam dan jenis benih yang melewati proses persemaian terlebih dahulu sebelum ditanam pada lahan tanam.
Kedua jenis benih tersebut penggunaannya dipilih menyesuaikan dengan musim pada masa tanam. Pada masa tanam di musim hujan, sebaiknya gunakan jenis benih yang ditanam langsung. Sedangkan pada masa tanam di musim kemarau, gunakan jenis benih yang telah melewati proses persemaian.
Untuk proses persemaian, media semainya berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1, atau bisa juga dengan campuran pupuk kandang, tanah, dan pasir dengan perbandingan 1:1:1. Benih kemudian disemai dengan jarak 2 cm x 2 cm hingga berusia 10 hari. Setelahnya, bibit dapat dipindahkan pada polybag kecil. Saat bibit telah berusia 3 minggu, barulah bibit siap untuk ditanam di lahan tanam.
Agar pertumbuhan optimal, benih sebaiknya berasal dari tanaman yang sehat, kuat, dan mempunyai tingkat produktivitas yang tinggi. Di Indonesia, standar tersebut dapat diperoleh dari benih-benih yang telah berlabel dan direkomendasikan oleh Balai Pengendalian Mutu dan Sertifikasi Benih.
3. Penanaman
Proses penanaman bibit dilakukan setelah bibit berusia 3 minggu setelah semai atau mempunyai 3 - 4 daun. Lakukan penanaman secara hati-hati tanpa merusak sistem perakaran tanaman. Namun sebelum bibit dipindahkan ke dalam pot/polybag besar, isi polybag tersebut dengan campuran tanah, pupuk kandang, dan pupuk SP 36 dan KCI. Selanjutnya, bagian dasar polybag diberi selapis pecahan bata merah dan media tanam hingga 3 - 5 cm dari bibir polybag, keluarkan bibit dari polybag kecil beserta tanahnya, lalu tanam bibit dan padatkan permukaan media. Pastikan tanaman terkena sinar matahari pagi secara langsung, namun hindarkan dari terik cahaya matahari siang.
4. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman terdiri dari beberapa proses, yaitu penyiangan, pembumbunan, pemupukan, pemberian penopang, pemangkasan dan pengendalian hama penyakit.
Penyiangan dilakukan sebanyak sekali dalam seminggu bersamaan dengan pembumbunan. Terutama di musim kemarau, tanaman pare harus disirami setiap hari, pagi dan sore.
Pemupukan diawali dengan pemberian pupuk dasar dengan cara membenamkan sebanyak 2 - 3 kg pupuk kandang dan ditambah 15 - 20 g pupuk NPK per tanaman. Setelah pemupukan dasar, dilanjutkan dengan pemupukan susulan berupa NPK (15:15:15) 5-10 g/tanaman. Pemupukan susulan pertama diberikan pada saat tanaman tanaman berusia 3 minggu. Sedangkan pemupukan susulan kedua dilakukan dengan interval 2 minggu sampai tanaman berusia 4 bulan. Pemupukan dilakukan tepat di samping tanaman dengan kedalaman 3 - 5 cm.
Pemberian penopang atau rambatan diperlukan untuk mendorong produksi buah, mengurangi busuk buah, serta memudahkan pengendalian OPT dan pemanenan. Rambatan berupa ajir, teralis, tunnel, atau pembuatan gapura setinggi 1,5 - 2 cm diberikan pada saat tanaman berusia 3 minggu.
Pemangkasan dilakukan untuk membuang cabang samping yang tidak produktif, dilakukan pada saat tanaman berumur 3 - 6 minggu.
Hama yang sering menyerang tanaman pare adalah lalat buah, Epilachna sp., kutu daun, trips, tungau, dan siput. Langkah pengendaliannya dapat dengan melakukan pembungkusan buah menggunakan kertas, saat buah masih kecil, yaitu berukuran panjang 2 - 3 cm, dan penggunaan perangkap. Sedangkan penyakit yang sering menyerang adalah embun tepung, layu bakteri, layu fusarium, serkospora, dan virus (CMV). Pengendaliannya dapat dengan melakukan sanitasi dan penggunaan fungisida secara selektif.
5. Panen
Panen buah pare dilakukan saat buah belum terlalu tua, bintil dan keriputnya masih rapat dengan menggunakan pisau yang tajam. Ciri fisik buah pare layak panen adalah buah yang sudah matang, berwarna kuning dan pembungkus bijinya berwarna merah.
Usia panennya sekitar 55 hari setelah tanam dengan periode panen yang dapat dilakukan berkali-kali. Setelah panen, buah pala kemudian melewati tahap sortasi untuk memisahkan buah rusak dan berpenyakit. Selanjutnya, buah dibersihkan, lalu disimpan dalam waktu maksimal 2 - 3 minggu, pada ruangan bersuhu 12 - 13°C, tingkat kelembaban 85 - 90%. Namun perlu diketahui, ketahanan buah pare sangat rendah, sehingga disarankan untuk segera memasarkan buah pare tepat setelah panen.
Diperkirakan, jumlah produksi tanaman pare bisa mencapai 10 - 15 ton/ha.
Sumber :
Jumakir, 2012. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi, Jambi.
Artikel Budaya Terkait

[Panduan] Cara Budidaya Kakao dengan Mudah dan Cepat
06 Maret 2021
Kakao adalah tanaman perkebunan dengan prospek menjanjikan, mengingat nilai industri hasil olahannya yaitu cokelat, bernilai lebih dari $ 100 miliar (1 kuadriliun).

[Panduan] Cara Budidaya Lada dengan Mudah dan Cepat
06 Maret 2021
Lada yang dinobatkan sebagai king of spice atau raja rempah merupakan komoditas ekspor potensial di Indonesia. Bahkan di pasar internasional, lada Indonesia mempunyai kekuatan dan daya jual tersendiri karena cita rasanya yang khas.

[Panduan] Cara Budidaya Sawit dengan Mudah dan Cepat
06 Maret 2021
Pada tahun 2050, juga diprediksi permintaan global terhadap minyak goreng akan mencapai sekitar 240 juta ton. Hal tersebut merupakan keuntungan menarik bagi para pelaku industri kelapa sawit.

[Panduan] Cara Budidaya Karet dengan Mudah dan Cepat
06 Maret 2021
Karet secara konsisten masih menjadi salah satu komoditas unggul perkebunan di Indonesia. Karet masih kokoh berada di urutan kedua sebagai penghasil devisa terbesar setelah minyak kelapa sawit.

[Panduan] Cara Budidaya Kopi dengan Mudah dan Cepat
06 Maret 2021
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan, total produksi petani Indonesia pada tahun 2020 mencapai 773.409 ton. Angka tersebut terus naik dari tahun ke tahun selaras dengan kebutuhan biji kopi dalam negeri dan luar negeri.

Berita Lainnya


[Panduan] Cara Budidaya Kakao dengan Mudah dan Cepat
05 Mei 2021
Kakao adalah tanaman perkebunan dengan prospek menjanjikan, mengingat nilai industri hasil olahannya yaitu cokelat, bernilai lebih dari $ 100 miliar (1 kuadriliun).

[Panduan] Cara Budidaya Kopi dengan Mudah dan Cepat
07 Mei 2021
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan, total produksi petani Indonesia pada tahun 2020 mencapai 773.409 ton. Angka tersebut terus naik dari tahun ke tahun selaras dengan kebutuhan biji kopi dalam negeri dan luar negeri.

[Panduan] Cara Budidaya Porang dengan Mudah dan Cepat
10 Mei 2021
Tanaman porang memiliki nilai strategis untuk dikembangkan karena punya peluang besar untuk diekspor. Tahun 2018, tercatat nilai ekspor porang mencapai hingga Rp 11,31 miliar.
Komentar (0)