Budidaya

image_berita

Caption : Pinang (Solopos.com)

[Panduan] Cara Budidaya Pinang dengan Mudah dan Cepat

Jumat, 21 Mei 2021

Sering disebut sebagai buah orang tua karena pada zaman dulu, sering sekali menjadi kunyahan yang dicampur bersama dengan sirih oleh wanita-wanita paruh baya Indonesia. Pinang (Areca Catechu L) termasuk dalam tanaman berumah satu (monoecious) yang masih serumpun dengan kelapa. Asal usul tanaman pinang hingga saat ini belum diketahui secara pasti, namun sebagian besar sumber menduga tanaman ini berasal dari Asia Selatan. Penyebarannya pun meliputi Asia Selatan, Asia Tenggara, dan beberapa pulau di Laut Pasifik. Spesies terbesar ditemukan di Semenanjung Malaya, Filipina dan Kepulauan Hindia Timur. 

Umumnya, terdapat dua jenis pinang yang banyak tumbuh, yaitu Areca catechu varietas Alba, atau pinang putih, memiliki ciri-ciri buah berukuran besar dan memiliki aroma seperti nasi yang baru ditanak pada saat dikunyah. Serta jenis Areca catechu varietas Nigra atau pinang hitam dengan ciri buah berukuran lebih kecil dari varietas Alba

Buah pinang sangat populer di masyarakat Indonesia akan khasiatnya untuk kesehatan organ reproduksi. Padahal, selain khasiat tersebut, buah pinang juga bermanfaat menjaga kesehatan mulut, menurunkan tekanan darah, mencegah dan mengatasi anemia, melancarkan pencernaan, dan menambah energi. Selain direbus, buah pinang juga dapat diolah menjadi jus, kopi, jamu, hingga dalam bentuk suplemen. Di bidang industri, buah pinang digunakan dalam penyamakan kulit, pewarna kain dan kapas. Sedangkan di bidang farmasi, pinang dipakai sebagai campuran pembuat obat-obatan seperti obat disentri, cacing, obat kumur, dan lain-lain. 

Hampir semua bagian tanaman pinang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia mulai dari alat rumah tangga hingga mengatasi berbagai gangguan penyakit. Seperti bijinya yang telah lama dimanfaatkan untuk mengatasi haid dengan pendarahan berlebih, mimisan, panu, kudis, cacingan, disentri dan gigi goyang. 

Di Indonesia, tanaman pinang bukan merupakan komoditas utama, namun bukan berarti produksi dan daya saing di pasar dunia sama sekali tidak terjadi. Faktanya, pinang merupakan komoditas andalan bagi sebagian petani di Pulau Sumatera. Beberapa daerah di Pulau Sumatera telah ditetapkan sebagai daerah paling potensial memproduksi pinang, diantaranya Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, NTB, dan NTT. Wilayah ekspornya tidak hanya nasional, namun juga internasional. Pada tahun 2010, tercatat luas areal tanaman pinang di Indonesia hanya 140.045 ha dengan produksi 77.860 ton.

Sayangnya, masih banyak bermacam kendala ditemui oleh petani sehingga menjadi hambatan untuk pembudidayaan pinang, kendala tersebut terutama mengenai cara budidaya yang benar dan ketersediaan benih varietas unggul. Selama ini, petani Indonesia kebanyakan hanya memanfaatkan benih asalan serta penerapan teknik budidaya yang kurang optimal. Oleh sebab itu, dalam artikel ini, Portal Agri akan berbagi teknik budidaya pinang secara optimal.

1. Perbanyakan Tanaman

Untuk memperbanyak tanaman pinang, benih harus berasal dari pohon induk unggul agar menghasilkan bahan tanaman yang berkualitas. Benih tersebut memiliki beberapa karakter seperti, berbunga lebih awal dengan usia 6 - 7 tahun, jumlah buah jadi sudah banyak, memiliki jarak pendek antar ruas batang, memiliki jumlah daun yang banyak, produksi tandan minimal 4 tandan per tahun (minimal 50 butir buah/tandan). Disarankan juga agar tidak menggunakan pohon induk yang berasal dari blok pertanaman yang telah berumur lebih dari 25 tahun, karena berpotensi menurunnya tingkat produktivitas. 

2. Syarat Tumbuh

Iklim terbaik dalam membudidayakan tanaman pinang adalah iklim tropis, dengan ketinggian 1 - 1.400 m dpl, curah hujan tinggi sepanjang tahun berkisar 1500 - 5000 mm, dan lahan tanam disinari matahari 6 - 8 jam/hari. Cahaya matahari sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, kekuatan fisik tanaman, hingga besaran ukuran bunga betina. Tanaman pinang dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, namun tanah yang paling ideal adalah jenis tanah berliat (clay loam). Tanah sebaiknya beraerasi baik, solum tanah dalam, tanpa ada lapisan cadas. 

3. Pembenihan

Pembudidayaan tanaman pinang secara optimal dimulai dari penyemaian biji. Meskipun daya kecambah pinang tergolong tinggi, yaitu lebih dari 90%, namun kebutuhan biji untuk disemaikan sebaiknya juga dicadangkan sebanyak 25% dari jumlah benih yang dibutuhkan dalam setiap hektar areal tanam. Tanam benih dengan jarak 2,7 m x 2,7 m. Dibutuhkan 1.625 benih untuk disemaikan dalam 1 ha.

Jika ingin menjadikan buah pinang sebagai benih, sebaiknya ambil buah yang berukuran besar dan seragam, berat 60 buah/kg, atau 35 g/butir. karena buah yang besar juga berpeluang menghasilkan buah yang besar juga. Serta umur pohon yang baik kurang dari 10 tahun, berproduksi secara stabil hingga usia 25 tahun. Kematangan buah juga patut diperhatikan, buah harus matang fisiologis, berciri warna buah orange, dan buah tidak terserang hama penyakit. 

4. Persiapan Lahan

Sebelum mengecambahkan biji, perlu dipersiapkan lahan persemaian terlebih dahulu. Pada lahan seluas 1 ha, luas lahan persemaian yang diperlukan berkisar 4 - 5 m² atau sekitar 400 biji/m². Lahan persemaian harus subur tanpa gangguan. Kemudian, bersihkan lahan dari rumput, dan lakukan penggemburan. Lanjut dengan membuat bedengan memanjang sesuai kebutuhan, dengan lebar 1 m. Pembuatan bedengan dapat dilakukan dengan menggali saluran drainase diantara dua bedengan, lalu tanah galiannya diuruk ke tengah sembari diratakan. 

5. Perkecambahan

Secara horizontal, susun buah pinang terpilih pada bedengan secara rapat agar daya tampung bendeng bisa maksimal. Lalu gunakan tanah berpasir untuk menutup buah pinang. Berikan naungan pada bedengan untuk menjaga kelembaban dan terhindar dari terik sinar matahari. Bila perlu, beri juga pagar pada bedengan agar terhindar dari gangguan hewan. Perkecambahan akan berlangsung sekitar 1,5 - 3 bulan, akan terlihat kemunculan akar dan tunas. Daya kecambah pada buah pinang dapat mencapai 90%.

6. Pembibitan 

Buah yang telah berkecambah bisa langsung dipindahkan ke media pembibitan berupa polybag. Pembibitan dilakukan dalam dua tahap, yaitu

Tahap Pertama, pada lahan selebar 1 m, kecambah buah dibibitkan. Beri papan setinggi polybag pada bedengan sebagai dinding, agar polybag dapat disusun tegak dan rapi. Gunakan polybag berukuran 25 cm x 25 cm atau volume 1 kg media tanam. Padatkan tanah pada polybag setinggi ¾ bagian. Tanamkan biji yang sudah berkecambah sedalam 4 cm. Isi polybag dengan 1 kecambah, lalu tutup kembali dengan tanah.

Beri naungan yang terbuat dari daun kelapa, nipah, dan alang-alang pada bedengan dengan tinggi naungan sekitar 2,5 m. Secara bertahap, kurangi naungan setelah bibit berumur 2 - 5 bulan hingga bibit akan dipindahkan pada pembibitan kedua. Selama proses pembibitan tersebut, lakukan pemeliharaan seperti menyirami pagi atau sore hari, penyiangan gulma, pemberian pupuk majemuk, pencegahan hama penyakit, serta menyeleksi bibit. 

Tahap Kedua, bibit hasil pembibitan pertama dipindah ke dalam polybag berukuran 40 cm x 50 cm, dengan jarak 30 cm x 30 cm. Polybag diisi dengan tanah subur ⅔ bagian dan bisa ditambahkan kompos. Dari ⅔ bagian polybag yang akan diisi dengan media tanam, 50% adalah kompos plus di bagian bawah, dan 50% sisanya diisi tanah biasa di bagian atas. Agar pertumbuhan tanaman sempurna, beri pupuk NPK dengan dosis 20 g/polybag. Pada pembibitan tahap kedua ini, pemeliharaan dilakukan selama 12 bulan sebelum bibit dipindahkan ke lahan tanam. 

Sebelum benar-benar pemindahan ke lahan tanam, disarankan untuk menyeleksi vigor (benih yang tumbuh dengan normal) dengan kriteria umur 12 - 18 bulan, memiliki daun minimal 5 helai, tingginya 60 - 75 cm dengan lingkar batang yang kekar, serta dalam kondisi sehat tidak terserang hama penyakit. 

7. Persiapan Lahan

Dalam budidaya pinang, tahap awal yang harus dilakukan untuk persiapan lahan adalah pembukaan lahan yang berjenis lahan semak belukar, lahan tidur atau lahan pekarangan. Kemudian, tentukan jarak tanam yang efisien dengan ukuran 2,7 m x 2,7 m segi empat. Agar jarak tanam mudah terlihat dan tata letaknya pun lebih teratur, lakukan pemancangan tiang ajir yang terbuat dari bambu setinggi 1,75 m. 

Setelah jarak tanam sudah sempurna, berikutnya membuat lubang tanam dengan ukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm. Waktu pembuatan sebaiknya sebulan sebelum penanaman, untuk memberi waktu lubang agar dapat disinari matahari. Sesudah sebulan, lubang dapat diisi tanah lapisan atas yang telah dicampur dengan kompos atau pupuk kandang sebanyak 1 kg. Sementara tanah lapisan atas dapat dicampur pupuk NPK sebanyak 50 - 75 g/lubang. Tanah yang sudah tercampur pupuk tersebut dimasukkan ke lubang hingga ⅔ bagian. 

8. Penanaman

Sebelum penanaman, ketahuilah terlebih dahulu sistem penanaman apa yang akan digunakan. Terdapat dua sistem penanaman pinang yang dapat diterapkan, diantaranya penanaman sistem monokultur dan penanaman sistem tumpang sari. 

Penanaman sistem monokultur berarti penanaman hanya satu jenis tanaman, yaitu tanaman pinang. Sistem ini sebaiknya dilakukan pada musim penghujan. Sedangkan penanaman sistem tumpang sari merupakan sistem penanaman lebih dari satu jenis tanaman. Sistem ini lebih digemari karena menambah jumlah hasil panen, mengingat produksi tanaman pinang harus menunggu hingga 5 tahun. Tanaman pinang biasa ditumpangsarikan dengan tanaman palawija seperti jagung, kacang-kacangan, dan lainnya.

9. Pemeliharaan Tanaman

Pada setiap budidaya tanaman, tahap pemeliharaan adalah salah satu tahap yang menjadi faktor penentu berhasil atau tidaknya hasil produksi. Maka dari itu, penting untuk melakukan setiap detail tahapannya. Pemeliharaan tanaman pinang dapat dilakukan dengan melakukan penyulaman, pemupukan, penyiangan gulma, dan pengairan.

Penyulaman artinya mengganti tanaman yang sudah mati atau sakit dengan tanaman yang baru. Di setiap periode penanaman, sudah pasti terdapat tanaman yang mati, untuk itu, perlu disediakan bibit cadangan sebanyak 35% untuk menjadi stok pergantian. 

Pemupukan dilakukan dua kali dalam 1 tahun, yaitu pada awal musim hujan dan akhir musim hujan. Pemupukan terbagi menjadi dua periode, yaitu periode pertama, saat tanaman berusia 1 - 3 tahun, dan periode kedua, saat tanaman 4 tahun. Pada periode pertama, jenis dan dosis pupuk yang digunakan; Pupuk Urea 55 g, Pupuk TSP 40 g, Pupuk KCL 180 g. Sedangkan periode kedua, Pupuk Urea 220g, Pupuk TSP 80g, Pupuk KCL 240g, Pupuk Kandang 6 kg. 

Penyiangan gulma sama dengan pembersihan areal pertanaman. Frekuensi penyiangan disesuaikan dengan keadaan gulma, dengan cara mekanik ataupun menggunakan herbisida. 

Pengairan sangat penting untuk diperhatikan dalam pembudidayaan tanaman pinang. dikarenakan tanaman pinang sangat peka terhadap kekeringan. Dasarnya, tanaman pinang harus diairi sekali dalam 4 - 7 hari tergantung jenis tanah dan iklim. Namun Jika lahan tanam sedang melewati musim kering yang panjang, lakukan pengairan lebih banyak. 

10. Pengendalian Hama dan Penyakit

Tahap pembibitan hingga pemeliharaan akan sia-sia apabila pembudidaya abai dengan hama dan penyakit. Oleh karena itu, penting untuk pembudidaya mengenal apa saja jenis hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman pinang serta cara pengendaliannya. Beberapa hama yang kerap menyerang tanaman pinang diantaranya, Ulat Kantung, Rayap, Belalang, Kutu, Kepik, Tempayak Akar, Ulat Bunga, Kumbang Pinang,  dan Ulat Tanduk. Pengendaliannya bisa dilakukan dengan penyemprotan insektisida dengan dosis sekitar 10 g/250 ml air, namun tetap harus disesuaikan dengan jumlah serangan. Sedangkan penyakit, ada Bercak Daun Menguning, Bercak Cokelat, Karat Merah Daun, Busuk Akar atau Pangkal Batang, Busuk Buah, Busuk Pucuk, Gugur Buah, Batang Berdarah, dan lain-lain. Pengendaliannya bisa berupa penyemprotan dithane, fungisida, pemupukan N dan K2O, ataupun sistem drainase yang buruk.

11. Panen 

Tanaman pinang biasanya dipanen dengan dua cara, menyesuaikan dengan kebutuhan produk pinang yang diinginkan, yaitu panen buah matang penuh dan panen buah muda. 

Panen buah matang penuh ditandai dengan warna kulit pinang berwarna kuning kehijauan atau oranye. Waktu panen dilakukan setiap bulan, dengan menggilir beberapa kelompok tanaman. Pada skala luas lahan 1 ha, jumlah panen dalam sekali sebulan bisa menghasilkan 400 - 450 kg biji pinang kering.

Panen buah muda dilakukan sesuai dengan kebiasaan konsumsi buah pinang. Seperti di Papua contohnya, panen muda saat tanaman berusia 3 - 4 bulan, dengan ciri fisik endosperm masih lembut, cocok untuk dikonsumsi langsung secara utuh bersama dengan sirih, kapur dan gambir. Cara panen ini menjadikan penyimpanan buah muda harus disimpan lama. Maka dari itu, buah harus direbus sampai mengeras dan dijemur, lalu disimpan dalam wadah kering. 

12. Penanganan Pasca Panen

Artikel ini membagi penanganan pasca panen menjadi dua golongan, yaitu tingkat petani dan tingkat eksportir. Kedua golongan tersebut memerlukan penanganan pasca panen yang berbeda.

Pada tingkat petani, buah yang sudah dipanen kemudian dibelah menjadi dua agar buah cepat kering. Buah yang sudah terbelah tersebut dikeringkan dengan panas sinar matahari. Setelah kering, cungkil buah dan dijemur kembali selama 50 jam atau 4 hari secara berturut-turut. Setelah kering, biji pinang dapat dikemas dalam karung plastik untuk dijual atau disimpan dalam gudang. 

Sementara untuk tingkat eksportir dimana biji pinang diperoleh dari petani, biasanya dilanjutkan dengan pengeringan menggunakan tungku pemanas sampai kadar air mencapai 4%, tujuan pengeringan berulang ini agar biji pinang tidak mudah terserang jamur Aspergillus spp. Selanjutnya biji pinang yang sudah kering tersebut disortir dan dikemas. 

Sumber :

Miftahorrachman, Matana, Salim, 2015. Teknologi Budidaya dan Pascapanen Pinang. Balai Penelitian Tanaman Palma. Manado.  https://balitka.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2017/03/3-Pdf-Pinang.pdf

Bagikan :

Komentar (0)

Silahkan masuk atau daftar dan verifikasi untuk memberikan komentar

Artikel Budaya Terkait

[Panduan] Cara Budidaya Kakao dengan Mudah dan Cepat

06 Maret 2021

Kakao adalah tanaman perkebunan dengan prospek menjanjikan, mengingat nilai industri hasil olahannya yaitu cokelat, bernilai lebih dari $ 100 miliar (1 kuadriliun).

Baca selengkapnya

[Panduan] Cara Budidaya Lada dengan Mudah dan Cepat

06 Maret 2021

Lada yang dinobatkan sebagai king of spice atau raja rempah merupakan komoditas ekspor potensial di Indonesia. Bahkan di pasar internasional, lada Indonesia mempunyai kekuatan dan daya jual tersendiri karena cita rasanya yang khas.

Baca selengkapnya

[Panduan] Cara Budidaya Sawit dengan Mudah dan Cepat

06 Maret 2021

Pada tahun 2050, juga diprediksi permintaan global terhadap minyak goreng akan mencapai sekitar 240 juta ton. Hal tersebut merupakan keuntungan menarik bagi para pelaku industri kelapa sawit.

Baca selengkapnya

[Panduan] Cara Budidaya Karet dengan Mudah dan Cepat

06 Maret 2021

Karet secara konsisten masih menjadi salah satu komoditas unggul perkebunan di Indonesia. Karet masih kokoh berada di urutan kedua sebagai penghasil devisa terbesar setelah minyak kelapa sawit.

Baca selengkapnya

[Panduan] Cara Budidaya Kopi dengan Mudah dan Cepat

06 Maret 2021

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan, total produksi petani Indonesia pada tahun 2020 mencapai 773.409 ton. Angka tersebut terus naik dari tahun ke tahun selaras dengan kebutuhan biji kopi dalam negeri dan luar negeri.

Baca selengkapnya

Berita Lainnya

[Panduan] Cara Budidaya Kakao dengan Mudah dan Cepat

05 Mei 2021

Kakao adalah tanaman perkebunan dengan prospek menjanjikan, mengingat nilai industri hasil olahannya yaitu cokelat, bernilai lebih dari $ 100 miliar (1 kuadriliun).

Baca selengkapnya

[Panduan] Cara Budidaya Kopi dengan Mudah dan Cepat

07 Mei 2021

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan, total produksi petani Indonesia pada tahun 2020 mencapai 773.409 ton. Angka tersebut terus naik dari tahun ke tahun selaras dengan kebutuhan biji kopi dalam negeri dan luar negeri.

Baca selengkapnya

[Panduan] Cara Budidaya Porang dengan Mudah dan Cepat

10 Mei 2021

Tanaman porang memiliki nilai strategis untuk dikembangkan karena punya peluang besar untuk diekspor. Tahun 2018, tercatat nilai ekspor porang mencapai hingga Rp 11,31 miliar.

Baca selengkapnya