Budidaya

image_berita

Caption : Ilustrasi Pohon Kakao (Unsplash/Kyle Hinkson)

Cara Penanggulangan Hama Penggerek Buah Kakao dengan Mudah dan Cepat

Selasa, 28 September 2021

Penggerek Buah Kakao (PBK) adalah hama utama pada ekosistem tanaman kakao. PBK bersifat homodinamik dan endemik, artinya keberlangsungan hidup PBK bergantung pada ketersediaan buah kakao di kebun. Apabila PBK telah menyerang, buah akan terancam rusak dan produksi biji hilang 82,205. 

Dikatakan oleh para ahli entomologi, PBK berasal dari spesies yang sama dengan spesies penyerang buah rambutan dengan perbedaan biotipe. Selama beberapa tahun, hama PBK telah beberapa kali berganti nama ilmiah. Pada tahun 1986, akhirnya sebutan ilmiah dan identitas PBK telah diklarifikasi dan dibedakan ke dalam beberapa spesies, yaitu Conopomorpha oceanica sp.n., C. sinensis sp.n., dan C. litchiella sp.n., serta Cryptophlebia encarpa Meyr. 

Di Indonesia, hama ini telah dilaporkan terdapat di berbagai daerah, seperti Maluku, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan Sumatera Barat yang tersebar melalui bahan tanaman dan fenomena ras biologi dari populasi asalnya yang hidup pada buah rambutan.

Baca juga: Cara Budidaya Kakao dengan Mudah dan Cepat

PBK memiliki siklus hidup yang terdiri atas stadium telur 3 - 7 hari, larva 15 - 18 hari, pupa 6 - 8  hari, dan ngengat 3 - 7 hari. Pada saat baru diletakkan, bentuk telur oval dan berwarna kuning oranye, dengan panjang telur 0,45 - 0,50 mm, lebar 0,25 - 0,30 mm. Larva yang baru keluar dari telur berwarna putih transparan dengan panjang 1 mm. Dalam kondisi pertumbuhan penuh, panjang larva mencapai 12 mm dan berwarna hijau muda. Pupa berwarna kecoklatan, panjang 7 - 8 mm dan lebar 1 mm. Sementara ngengat atau serangga dewasa memiliki panjang tubuh 7 mm dan lebar 2 mm, rentang sayap depan 12 mm. Warna dasar ngengat adalah cokelat dengan warna putih berpola zig-zag sepanjang sayap depan dan spot oranye pada ujung sayap. Perkembangan PBK sangat dipengaruhi oleh curah hujan, kelembaban kebun dengan naungan rapat dan ketersediaan buah. 

Penyebaran hama ini tentu sangat meresahkan berbagai pihak yang terkait dengan industri kakao, terutama di kawasan Asia Tenggara yang kini tengah beranjak menjadi salah satu pusat produksi kakao dunia. Untuk itu, para pembudidaya dan petani kakao perlu untuk mengetahui cara-cara terbaik dalam pengendalian hama PBK, sebagai langkah pencegahan sekaligus penanggulangan apabila tanaman telah terserang. Lantas, apa saja cara yang harus dilakukan? Simak informasi selengkapnya. 

1. Pengendalian Saat Panen

Berdasarkan pengalaman-pengalaman para petani di lapangan, buah kakao dengan warna kuning berbelang hijau di daerah serangan BPK, terlihat memiliki lubang gerekan tempat larva pra-pupa keluar untuk berkepompong. Oleh karena itu, lakukan kegiatan panen saat buah menjelang matang agar larva di dalam buah juga ikut terpanen. 

Kegiatan panen yang lebih awal tersebut dilanjutkan secara terus menerus dengan interval 5 - 7 hari. Hal terpenting, pisahkan buah yang mengandung larva dari buah yang sehat, lalu benamkan ke dalam tanah atau dikumpulkan untuk dibakar. 

2. Rampasan

Metode rampasan telah dilakukan sejak tahun 1900. Cara melakukannya, yaitu dengan merampas atau memetik semua buah kakao yang ada di pohon, agar siklus hidup PBK terputus. 

Waktu terbaik untuk melakukan rampasan adalah pada saat jumlah buah matang di pohon hanya sedikit, atau bisa juga saat menjelang akhir masa panen. Jangka waktu rampasan berkisar 1 - 2 bulan. 

Sebaiknya, rampasan disertai dengan pemetikan buah-buah matang yang ada di sekitar kebun yang menjadi inang alternatif PBK, diantaranya rambutan, nam-nam, kola, mangga, srikaya, belimbing, jeruk, duku (langsat), dan nangka. 

3. Sanitasi

Sanitasi pada kebun dilakukan dengan cara membersihkan ranting yang ada di dalam kebun, baik yang kering di pohon maupun yang ada di permukaan tanah. Lalu bersihkan serasah di permukaan tanah dan bakar agar kepompong PBK mati atau berkurang. 

Selanjutnya, naungan yang terlalu rimbun dikurangi, cabang-cabang horizontal dipangkas, agar lingkungan kebun lebih sederhana sehingga tidak disenangi ngengat untuk berlindung. 

Menurut ahli, ngengat PBK ternyata juga senang dengan embun madu yang dihasilkan kutu putih, dan kutu hijau. Karena itu, serangga tersebut juga perlu dimusnahkan agar pakan alami ngengat PBK tidak tersedia. Dengan demikian, populasi kepompong dan ngengat bisa dibatasi. 

4. Konservasi Musuh Alami

PBK memiliki musuh alami di sekitar ekosistem kebun, diantaranya predator telur jenis semut hitam Dolichoderus bituberculatus Mayr, enam parasitoid pupa yaitu Dinglyptidaeroepke, Photo Tera erythronota, Mesostenus sp., Goryphus javanicus, G. mesoxanthus, G. fasciatipennis, dan Trichogrammatoidea bactrae fumata. 

Musuh-musuh alami tersebut perlu dikonservasi agar kelangsungan hidupnya berlanjut. Namun, konservasi musuh alami ini bertentangan dengan penggunaan insektisida pengendalian. Larva PBK yang peka racun tidak terjangkau oleh insektisida karena terlindung di dalam buah. Harga yang mahal dan sifatnya yang mencemari lingkungan menjadikan penggunaan insektisida patut dihindari. Alternatif lain, musuh alami biasa menyenangi nektar di sekitar kebun, oleh karena itu bunga-bunga tumbuhan penghasil nektar sebaiknya dipertahankan. 

5. Isolasi Jalur Hijau

Perkebunan kakao yang berbatasan atau berdekatan dengan lahan petani, cukup berpotensi sebagai tempat masuknya PBK dari luar, tentu hal ini sangat berbahaya bagi areal pertanaman kakao. Karena itu, perkebunan yang telah terinfeksi tersebut perlu diisolasi dengan barier paling sedikit 300 m, dan bebas dari tanaman inang alternatif PBK. 

Sumber :

Jurnal Litbang Pertanian, 21(2), 2002 dengan judul Penggerek Buah Kakao dan Penanggulangannya oleh Fredrik Depparaba, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah. 

Bagikan :

Komentar (0)

Silahkan masuk atau daftar dan verifikasi untuk memberikan komentar

Artikel Budaya Terkait

[Panduan] Cara Budidaya Kakao dengan Mudah dan Cepat

06 Maret 2021

Kakao adalah tanaman perkebunan dengan prospek menjanjikan, mengingat nilai industri hasil olahannya yaitu cokelat, bernilai lebih dari $ 100 miliar (1 kuadriliun).

Baca selengkapnya

[Panduan] Cara Budidaya Lada dengan Mudah dan Cepat

06 Maret 2021

Lada yang dinobatkan sebagai king of spice atau raja rempah merupakan komoditas ekspor potensial di Indonesia. Bahkan di pasar internasional, lada Indonesia mempunyai kekuatan dan daya jual tersendiri karena cita rasanya yang khas.

Baca selengkapnya

[Panduan] Cara Budidaya Sawit dengan Mudah dan Cepat

06 Maret 2021

Pada tahun 2050, juga diprediksi permintaan global terhadap minyak goreng akan mencapai sekitar 240 juta ton. Hal tersebut merupakan keuntungan menarik bagi para pelaku industri kelapa sawit.

Baca selengkapnya

[Panduan] Cara Budidaya Karet dengan Mudah dan Cepat

06 Maret 2021

Karet secara konsisten masih menjadi salah satu komoditas unggul perkebunan di Indonesia. Karet masih kokoh berada di urutan kedua sebagai penghasil devisa terbesar setelah minyak kelapa sawit.

Baca selengkapnya

[Panduan] Cara Budidaya Kopi dengan Mudah dan Cepat

06 Maret 2021

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan, total produksi petani Indonesia pada tahun 2020 mencapai 773.409 ton. Angka tersebut terus naik dari tahun ke tahun selaras dengan kebutuhan biji kopi dalam negeri dan luar negeri.

Baca selengkapnya

Berita Lainnya

[Panduan] Cara Budidaya Kakao dengan Mudah dan Cepat

05 Mei 2021

Kakao adalah tanaman perkebunan dengan prospek menjanjikan, mengingat nilai industri hasil olahannya yaitu cokelat, bernilai lebih dari $ 100 miliar (1 kuadriliun).

Baca selengkapnya

[Panduan] Cara Budidaya Kopi dengan Mudah dan Cepat

07 Mei 2021

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan, total produksi petani Indonesia pada tahun 2020 mencapai 773.409 ton. Angka tersebut terus naik dari tahun ke tahun selaras dengan kebutuhan biji kopi dalam negeri dan luar negeri.

Baca selengkapnya

[Panduan] Cara Budidaya Porang dengan Mudah dan Cepat

10 Mei 2021

Tanaman porang memiliki nilai strategis untuk dikembangkan karena punya peluang besar untuk diekspor. Tahun 2018, tercatat nilai ekspor porang mencapai hingga Rp 11,31 miliar.

Baca selengkapnya